Trik Mengaliri Rek. Bank Kamu Semaumu!!

Didukung Oleh:

Sunday, April 27, 2008

Budaya Korupsi dan Dekonstruksi Sosial

Dear Girls,

Waduh kayaknya yg fotonya tampang keibuan (jangan dibaca tampang tua lho…) cuman aku aja he3x ya dah klo gitu aku posting masalah orang tua dech, ngomongin perkara korupsi. Emang sich, klo korupsi ga ada habisnya tapi ya lumayan juga buat mengingatkan kita semua. Apalagi dengan adanya kasus akhir-akhir ini. Silahkan membaca kalau mau he3x

Budaya Korupsi dan Dekonstruksi Sosial

Oleh Musa Asyárie

KITA membaca dan mendengar bahwa Indonesia termasuk negara terkorup di dunia. Dan ketika kita melihat sendiri kenyataan yang ada di depan kita, ternyata korupsi telah melibatkan banyak kalangan, baik di pusat maupun di daerah, di lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, dan tokoh masyarakat.

Kita pun jadi makin prihatin dan cemas, adakah pengusutan dapat dilakukan dengan tuntas dan adil? Cukup tersediakah aparat penegak hukum yang bersih untuk mengusutnya dengan adil, tepat, dan benar? Dan sampai kapan akan selesai?

Penegakan hukum serta pengusutan secara tuntas dan adil terhadap tindak korupsi memang harus dilaksanakan dan ditegakkan tanpa pandang bulu. Akan tetapi, kita pun harus memahami persoalannya secara lebih fundamental, agar menumbuhkan sikap arif untuk bersama-sama tak mengulang dan membudayakan korupsi dalam berbagai aspek kehidupan kita, sehingga tidak terjadi apa yang dikatakan "patah tumbuh hilang berganti, mati satu tumbuh seribu" seperti sel kanker ganas karena akarnya yang telah meluas, maka semakin dibabat semakin cepat penyebarannya.

Budaya korupsi

Indonesia adalah negara yang kaya, tetapi pemerintahnya banyak utang dan rakyatnya pun terlilit dalam kemiskinan permanen. Sejak zaman pemerintahan kerajaan, kemudian zaman penjajahan, dan hingga zaman modern dalam pemerintahan NKRI dewasa ini, kehidupan rakyatnya tetap saja miskin. Akibatnya, kemiskinan yang berkepanjangan telah menderanya bertubi-tubi sehingga menumpulkan kecerdasannya dan masuk terjerembap dalam kurungan keyakinan mistik, fatalisme, dan selalu ingin mencari jalan pintas.

Kepercayaan terhadap pentingnya kerja keras, kejujuran, dan kepandaian semakin memudar karena kenyataan dalam kehidupan masyarakat menunjukkan yang sebaliknya, banyak mereka yang kerja keras, jujur dan pandai, tetapi ternyata bernasib buruk hanya karena mereka datang dari kelompok yang tak beruntung, seperti para petani, kaum buruh, dan guru. Sementara itu, banyak yang dengan mudahnya mendapatkan kekayaan hanya karena mereka datang dari kelompok elite atau berhubungan dekat dengan para pejabat, penguasa, dan para tokoh masyarakat.

Akibatnya, kepercayaan rakyat terhadap rasionalitas intelektual menurun karena hanya dipakai para elite untuk membodohi kehidupan mereka saja. Sebaliknya, mereka lebih percaya adanya peruntungan yang digerakkan oleh nasib sehingga perdukunan dan perjudian dalam berbagai bentuknya semakin marak di mana-mana. Mereka memuja dan selalu mencari jalan pintas untuk mendapatkan segala sesuatu dengan mudah dan cepat, baik kekuasaan maupun kekayaan. Korupsi lalu menjadi budaya jalan pintas dan masyarakat pun menganggap wajar memperoleh kekayaan dengan mudah dan cepat.

Budaya korupsi seakan memperoleh lahan yang subur karena sifat masyarakat kita sendiri yang lunak sehingga permisif terhadap berbagai penyimpangan moral dalam kehidupan masyarakat. Karena itu, korupsi dianggap sebagai perkara biasa yang wajar terjadi dalam kehidupan para penguasa dan pengelola kekuasaan yang ada. Sejak dahulu kala, para penguasa dan pengelola kekuasaan selalu cenderung korup karena bisnisnya ya kekuasaan itu sendiri. Penguasa bukanlah pekerja profesional, yang harus pintar, cerdas, dan rajin, tidak digaji pun mereka mau asal mendapatkan kekuasaan karena kekuasaan akan mendatangkan kekayaan dengan sendirinya.

Dekonstruksi sosial

Tanpa mengurangi rasa hormat kepada tekad presiden pilihan rakyat yang hendak melakukan percepatan pemberantasan korupsi, kita perlu merenungkan kembali dengan jernih apakah pemberantasan korupsi dapat dilakukan tanpa dekonstruksi sosial? Jangan sampai upaya pemberantasan korupsi seperti terperosok dalam sumur tanpa dasar yang tidak pernah dapat menyentuh landasannya dengan tepat dan benar.

Jangan sampai kita terperosok dalam kebencian dan konflik tanpa ujung pangkal. Semua proses hukum memang perlu ditegakkan tanpa pandang bulu, tetapi tak akan pernah cukup karena kompleksnya persoalan korupsi itu sendiri. Semua orang tahu korupsi ada dan besar, tetapi betapa sulitnya mencari bukti dan definisi, seperti mencari jarum dalam tumpukan jerami.

Korupsi bukanlah hanya persoalan hukum saja, tetapi juga merupakan persoalan sosial, ekonomi, politik, budaya dan agama. Realitas sosial yang timpang, kemiskinan rakyat yang meluas serta tidak memadainya gaji dan upah yang diterima seorang pekerja, merebaknya nafsu politik kekuasaan, budaya jalan pintas dalam mental suka menerabas aturan, serta depolitisasi agama yang makin mendangkalkan iman, semuanya itu telah membuat korupsi semakin subur dan sulit diberantas, di samping karena banyaknya lapisan masyarakat dan komponen bangsa yang terlibat dalam tindak korupsi. Karena itu, dekonstruksi sosial tak bisa diabaikan begitu saja dan kita perlu merancang dan mewujudkannya dalam masyarakat baru yang antikorupsi.

Dekonstruksi sosial memerlukan tekad masyarakat sendiri untuk keluar dari jalur kehidupan yang selama ini telah menyengsarakannya. Perlu ada tobat nasional untuk memperbarui sikap hidup masyarakat yang antikorupsi karena ko- rupsi ternyata telah menyengsarakan bangsa ini secara keseluruhan. Tobat dalam agama adalah kesadaran total untuk tak mengulangi lagi perbuatannya karena memang perbuatan itu telah mencelakakan dirinya dalam dosa. Dengan tobat, dia akan menjadi manusia baru yang bebas dari pengulangan dosa-dosa lama yang telah diperbuatnya.

Tobat bukanlah basa-basi, tetapi komitmen transendental untuk menembus dan memasuki kehidupan baru yang lebih baik. Dan tanpa tobat nasional, rasanya pemberantasan korupsi seperti benang kusut yang sulit mengurainya. Tobat nasional diperlukan untuk memotong budaya korupsi yang selama ini telah menjadi cara hidup, berpikir, dan berperilaku masyarakat untuk mendapatkan kekayaan.

Tobat nasional harus dimulai dari imamnya, yaitu para pemimpin yang berada di puncak kekuasaan. Pemimpin yang bersih dan berketeladanan dapat menjadi rujukan perilaku rakyatnya. Pemimpin yang satunya kata dengan perbuatan, yang dengan rendah hati bersedia melayani rakyatnya, karena sesungguhnya seorang pemimpin adalah pelayan rakyatnya. Pemimpin yang cerdas, yang mampu membaca tanda-tanda zaman untuk membawa rakyatnya ke arah masa depan yang lebih baik, jelas, dan terukur. Pemimpin yang tidak bertopeng atas kekuasaannya sehingga denyut dan jeritan rakyatnya segera tertangkap oleh hati nuraninya yang tidak bertopeng.

Topeng kekuasaan harus dibuka melalui mekanisme sistemik yang inheren dalam kehidupan masyarakat baru yang sudah bertobat, yang dibangun dan dikawal oleh kepemimpinan yang berkeladanan dan visioner. Mekanisme sistemik yang menyerap nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, kesejahteraan, kebebasan, dan kemandirian menjadi kekuatan spiritual yang akan bekerja secara otomatis untuk melakukan kontrol atas keseimbangan mekanisme internalnya sendiri. Sesungguhnya kehidupan masyarakat adalah suatu mesin hidup yang mekanismenya otonom dan sistemik. Kehidupan masyarakat akan sehat jika mekanisme internalnya terkendali oleh spiritualitas kemanusiaan universal yang melandasi kehidupan manusia itu sendiri.

Dekonstruksi sosial bukanlah antitesis dari tesis yang ada, tetapi suatu sintesis dari keunggulan-keunggulan kemanusiaan dan bersifat dinamis melalui proses dialektik yang akan terus-menerus memperbarui dirinya. Sebagai sintesis, dekonstruksi sosial merupakan rajutan-rajutan baru yang terbuka secara terus-menerus, dan keterbukaan merupakan prasyarat utama dalam proses pembaruan itu sendiri.

Dekonstruksi sosial harus melahirkan sistem kehidupan masyarakat baru yang terbuka dan semua urusan publik tidak lagi bertopeng. Rasanya korupsi hanya bisa dikendalikan jika semua urusan publik dilepaskan dari pemujaan atas topeng-topeng kekuasaan yang ada.

Musa Asyárie Guru Besar dan Direktur Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Sumber: Kompas, Jumat, 28/1/05

Saturday, April 26, 2008

Mario Si Manusia Pipa

Dear Clubber


Mungkin kisah menarik berikut bisa membuka wawasan kamu semua, kisah lagi nich, emang lagi pada hobi berkisah. Ya tapi kisah yang bukan sekedar dongeng belaka. Kalau posting sebelumnya tentang si Bob dan Bib tambah lelaki tua (figurannya kaleee) sekarang kisah dua bersaudara Mario dan Lugi. Oke...silahkan kamu baca, hayati, mengerti, dan praktekkan....


Dua Bersaudara Mario dan Lugi


Alkisah di suatu desa hidup dua orang saudara sepupu yang bernama Mario dan Lugi. Mereka adalah anak muda yang memiliki cita-cita tinggi seperti anda. Mereka pun berkhayal, suatu hari nanti akan menjadi orang terkaya di desanya, begitu pula dengan anda bukan? Kesempatan yang di tunggu datang, kepala desa tempat tinggal mereka menawarkan pekerjaan untuk mengambil air dari mata air dibukit yang jaraknya kira-kira 10 km, sedangkan desa mereka selalu kekurangan air.


Akhirnya kedua pemuda ini menyanggupinya dengan berbekal masing-masing 2 ember, mereka mulai bekerja mengambil air dari mata air di bukit dan dibawa ke bak penampungan yang masing-masing sudah mereka siapkan di desa. Menjelang sore mereka sudah bisa memenuhi bak penampung air mereka masing-masing, dan kepala desa menggaji mereka sesuai dengan jumlah ember yang mereka bawa.


si Lugi berseru "Wah, cita-cita kita bisa terkabul kalau mendapat rezeki sebanyak ini setiap hari". Namun Mario tidak yakin begitu saja. Punggungnya nyeri dan kedua telapak tangannya lecet-lecet akibat membawa 2 ember yang berat. Keesokan harinya ia berpikir keras bagaimana caranya membawa air dari mata air di bukit ke desanya.


"Lugi saya punya rencana, dari pada kita mondar-mandir membawa ember hanya untuk mendapatkan beberapa sen, lebih baik kita membuat saluran pipa saja dari mata air di bukit ke desa kita". Lugi menghentikan langkahnya "Saluran pipa! ide dari mana ?" seru Lugi. Kita kan sudah mempunyai pekerjaan yang bagus, Mario.


Saya bisa membawa 100 ember sehari, dengan upah 10 sen per ember, berarti penghasilan kita bisa 1 dollar per hari. Saya akan menjadi orang kaya! pada akhir minggu saya bisa membeli baju baru, akhir bulan bisa membeli seekor sapi. Kemudian pada akhir bulan ke enam saya sudah bisa mulai membangun rumah baru, tidak ada pekerjaan yang begitu menguntungkan seperti ini di desa.


Pada akhir minggu, kita dapat libur. Setiap tahun kita bisa cuti selama 1 minggu dengan gaji utuh, kita akan memiliki kehidupan yang layak! Jadi buang jauh-jauh pikiran untuk membangun saluran pipa". Namun Mario tidak mudah putus asa. "Akhirnya Mario memutuskan untuk BEKERJA PARUH WAKTU. Ia tetap bekerja mengangkut ember-ember air, namun ia meluangkan separuh waktunya serta akhir minggu untuk membangun saluran pipanya. Ia menyadari, akan sangat sulit baginya untuk menggali saluran di tanah yang berbatu-batu dan lantaran upahnya berdasarkan jumlah ember yang diangkut, maka penghasilannya pun otomatis menurun.


Mario tahu betul akan membutuhkan waktu 1 hingga 2 tahun, sebelum saluran pipanya bisa mengalirkan air. Namun ia yakin akan impian dan cita-citanya. Oleh karena itu Ia dengan tekun giat bekerja.

Lugi dan orang-orang desa lainnya mulai mengejek Mario. Mereka menyebutnya "Mario si Manusia Pipa". Lugi yang penghasilannya 2 kali lipat dari Mario terus membangga-banggakan barang baru yang telah dibelinya, Ia sudah bisa membeli seekor keledai, Ia memarkir keledai barunya di samping rumah barunya yang 2 lantai, Ia pun membeli baju-baju baru dan mewah. Orang-orang desa menyebutnya "Mr. Lugi". Mereka selalu menyambutnya kalau dia mentraktir mereka makan dan minum.


Sementara Lugi berbaring santai pada sore hari di akhir minggu, Mario tetap terus menggali saluran pipanya. Pada bulan-bulan pertama, Mario memang tidak bisa menunjukkan hasil usahanya. Karena pekerjaannya memang berat, bahkan lebih berat dari pekerjaan Lugi, Karena Mario harus bekerja di malam hari maupun di akhir minggu.


Namun Mario selalu diingatkan kata hatinya "Masa depanmu sesungguhnya dibangun dari perjuangan yang dilakukan hari ini". dari hari ke hari terus menggali, dari cm demi cm menjadi 1 meter, 10 meter 50 meter, lalu 1 km dan seterusnya.


Bulan berganti bulan, Mario menyadari bahwa saluran pipanya sudah 3/4 jadi, berarti hanya perlu berjalan seperempat dari jarak yang biasa ditempuhnya untuk mengisi ember saat-saat penyelesaian saluran pipanya semakin dekat.


Saat beristirahat Mario melihat sepupunya yang terus mengangkuti ember-ember, punggung Lugi makin lama makin membungkuk. Dia menyeringai kesakitan, jalannya makin lamban. Lugi merasa sedih dan kecewa karena menyadari bahwa kerjanya terus mengangkut ember-ember setiap hari sepanjang hidupnya. Lugi juga semakin jarang bersantai-santai, dan tidak lagi suka mentraktir teman-temannya, bahkan teman-temannya mengejeknya "Lugi si Manusia Ember".


Akhirnya Mario berhasil menyelesaikan saluran pipanya dari mata air di bukit menuju ke bak penampungan air di desanya. Mario tidak perlu lagi membawa-bawa ember, airnya terus mengalir bahkan saat ia sedang bekerja atau tidak.


Semakin banyak air mengalir semakin banyak uang mengalir di kantongnya. Mario si manusia pipa telah menjadi Mario si manusia ajaib. Para pemuka desa memujinya bahkan memintanya untuk menjadi kepala bupati. Namun Mario paham betul bahwa yang dicapainya bukan suatu keajaiban, melainkan hanya langkah awal pencapaian cita-cita yang besar.


Mario ternyata memiliki rencana jauh lebih besar dari pada yang sudah dilakukan di desanya, yaitu membangun saluran pipa di seluruh dunia. Mari membangun saluran pipa kamu sendiri yaitu saluran pipa uang anda dan mulailah mengaliri rekening bank kamu, boleh menikmati hidup tapi jangan banyak hura-hura. Dugem oke, tapi kerja, kuliah, sekolah, jangan diabaikan. Sukses untuk kalian semua Clubber disini. Blog ini emang hebat, salut buat yang bikin :-)


Diambil dari www.trickbisnis.com

Sebuah Kisah Untuk Pencerahan

Dear Friend....
Kadang-kadang kita selalu menunda semua keinginan kita, menunda begitu banyak kebahagiaan yang seharusnya kita dapat. Saat sampai di ujung jalan, baru kita tahu betapa bodohnya kita, nah teman-teman ini ada kisah yang akan aku share ma kalian semua....silahkan dibaca dan dihayati..

Permennya Lupa Dimakan


Alkisah ada dua orang anak laki-laki, Bob dan Bib, yang sedang melewati lembah permen lolipop. Di tengah lembah itu terdapat jalan setapak yang beraspal. Di jalan itulah Bob dan Bib berjalan kaki bersama. Uniknya, di kiri-kanan jalan lembah itu terdapat banyak permen lolipop yang berwarni-warni dengan aneka rasa. Permen-permen yang terlihat seperti berbaris itu seakan menunggu tangan-tangan kecil Bob dan Bib untuk mengambil dan menikmati kelezatan mereka.



Bob sangat kegirangan melihat banyaknya permen lolipop yang bisa diambil. Maka ia pun sibuk mengumpulkan permen-permen tersebut. Ia mempercepat jalannya supaya bisa mengambil permen lolipop lainnya yang terlihat sangat banyak didepannya. Bob mengumpulkan sangat banyak permen lolipop yang ia simpan di dalam tas karungnya. Ia sibuk mengumpulkan permen-permen tersebut tapi sepertinya permen-permen tersebut tidak pernah habis maka ia memacu langkahnya supaya bisa mengambil semua permen yang dilihatnya.


Tanpa terasa Bob sampai di ujung jalan lembah permen lolipop. Dia melihat gerbang bertuliskan "Selamat Jalan". Itulah batas akhir lembah permen lolipop. Di ujung jalan, Bob bertemu seorang lelaki penduduk sekitar. Lelaki itu bertanya kepada Bob, "Bagaimana perjalanan kamu di lembah permen lolipop? Apakah permen-permennya lezat? Apakah kamu mencoba yang rasa jeruk? Itu rasa yang paling disenangi. Atau kamu lebih menyukai rasa mangga? Itu juga sangat lezat."


Bob terdiam mendengar pertanyaan lelaki tadi. Ia merasa sangat lelah dan kehilangan tenaga. Ia telah berjalan sangat cepat dan membawa begitu banyak permen lolipop yang terasa berat di dalam tas karungnya. Tapi ada satu hal yang membuatnya merasa terkejut dan ia pun menjawab pertanyaan lelaki itu, "Permennya saya lupa makan!"


Tak berapa lama kemudian, Bib sampai di ujung jalan lembah permen lolipop. "Hai, Bob! Kamu berjalan cepat sekali. Saya memanggil-manggil kamu tapi kamu sudah sangat jauh di depan saya." "Kenapa kamu memanggil saya?" tanya Bob. "Saya ingin mengajak kamu duduk dan makan permen anggur bersama. Rasanya lezat sekali. Juga saya menikmati pemandangan lembah, indah sekali!" Bib bercerita panjang lebar kepada Bob. "Lalu tadi ada seorang kakek tua yang sangat kelelahan. Saya temani dia berjalan. Saya beri dia beberapa permen yang ada di tas saya. Kami makan bersama dan dia banyak menceritakan hal-hal yang lucu. Kami tertawa bersama." Bib menambahkan.


Mendengar cerita Bib, Bob menyadari betapa banyak hal yang telah ia lewatkan dari lembah permen lolipop yang sangat indah. Ia terlalu sibuk mengumpulkan permen-permen itu. Tapi pun ia sampai lupa memakannya dan tidak punya waktu untuk menikmati kelezatannya karena ia begitu sibuk memasukkan semua permen itu ke dalam tas karungnya.


Di akhir perjalanannya di lembah permen lolipop, Bob menyadari suatu hal dan ia bergumam kepada dirinya sendiri, "Perjalanan ini bukan tentang berapa banyak permen yang telah saya kumpulkan. Tapi tentang bagaimana saya menikmatinya dengan berbagi dan berbahagia." Ia pun berkata dalam hati, "Waktu tidak bisa diputar kembali." Perjalanan di lembah lolipop sudah berlalu dan Bob pun harus melanjutkan kembali perjalanannya.


Dalam kehidupan kita, banyak hal yang ternyata kita lewati begitu saja. Kita lupa untuk berhenti sejenak dan menikmati kebahagiaan hidup. Kita menjadi Bob di lembah permen lolipop yang sibuk mengumpulkan permen tapi lupa untuk menikmatinya dan menjadi bahagia.


Pernahkan Anda bertanya kapan waktunya untuk merasakan bahagia? Jika saya tanyakan pertanyaan tersebut kepada para klien saya, biasanya mereka menjawab, "Saya akan bahagia nanti...nanti pada waktu saya sudah menikah...nanti pada waktu saya memiliki rumah sendiri... nanti pada saat suami saya lebih mencintai saya... nanti pada saat saya telah meraih semua impian saya... nanti pada saat penghasilan sudah sangat besar... "


Pemikiran 'nanti' itu membuat kita bekerja sangat keras di saat 'sekarang'. Semuanya itu supaya kita bisa mencapai apa yang kita konsepkan tentang masa 'nanti' bahagia. Terkadang jika saya renungkan hal tersebut, ternyata kita telah mengorbankan begitu banyak hal dalam hidup ini untuk masa 'nanti' bahagia. Ritme kehidupan kita menjadi sangat cepat tapi rasanya tidak pernah sampai di masa 'nanti' bahagia itu. Ritme hidup yang sangat cepat...target-target tinggi yang harus kita capai, yang anehnya kita sendirilah yang membuat semua target itu... tetap semuanya itu tidak pernah terasa memuaskan dan membahagiakan.


Uniknya, pada saat kita memelankan ritme kehidupan kita; pada saat kita duduk menikmati keindahan pohon bonsai di beranda depan, pada saat kita mendengarkan cerita lucu anak-anak kita, pada saat makan malam bersama keluarga, pada saat kita duduk bermeditasi atau pada saat membagikan beras dalam acara bakti sosial tanggap banjir; memberikan beasiswa kepada anak-anak kurang mampu, memberikan sebagaian harta kita kepada kaum papa, dll. dengan hal itu,
terasa sekali hidup ini menjadi lebih indah.


Jika saja kita mau memelankan ritme hidup kita dengan penuh kesadaran; memelankan ritme makan kita, memelankan ritme jalan kita dan menyadari setiap gerak tubuh kita, berhenti sejenak dan memperhatikan tawa indah anak-anak bahkan menyadari setiap hembusan nafas maka kita akan menyadari begitu banyak detil kehidupan yang begitu indah dan bisa disyukuri. Kita akan merasakan ritme yang berbeda dari kehidupan yang ternyata jauh lebih damai dan tenang. Dan pada akhirnya akan membawa kita menjadi lebih bahagia dan bersyukur seperti Bib yang melewati perjalanannya di lembah permen lolipop.


"Hadirlah sepenuhnya pada saat 'sekarang' ! Nikmati hidup kamu,
Hidup ini bukan tentang berapa banyak yang kamu kumpulkan. Tapi tentang bagaimana cara kamu menikmatinya."


http://dproject18.multiply.com/journal

Pengembangan Biofuel: Si Miskin Versus Si Kaya?

Dear Clubber

Dulu manusia kehabisan energi saat kayu bakar yang digunakan untuk menjalankan mesin uap mulai habis, lalu manusia beralih ke bahan bakar fosil. Kini, bahan bakar fosil telah menipis manusia pun berpikir untuk mencari energi alternatif diantaranya adalah tenaga surya dan biofuel. Nah ini ada artikel mengenai biofuel dari seorang peneliti untuk menambah pengetahuan teman-teman clubber semua.

Pengembangan Biofuel: Si Miskin Versus Si Kaya?

Oleh: Wayan R. Susila

Peneliti di Lembaga Riset Perkebunan Indonesia (LRPI)

Jika tidak direncanakan secara sitematis dan komprehensif, pengembangan biofuel dapat menjadi ajang rebutan antara lebih dari 2 miliar penduduk miskin untuk memperoleh makanan melawan 800 juta mobil dan jutaan mesin untuk biofuel. Esensinya, ini adalah rebutan antara Si Miskin melawan Si Kaya, yang pemenangnya mudah ditebak.

Harga minyak bumi (BBM) akhir-akhir ini terus meroket dan sudah menembus diatas US$ 70 per barrel. Di tambah dengan gejolak di Timur Tengah, berbagai ketegangan politik di berbagai negara, serta cadangan BBM yang juga semakin menipis, harga BBM yang tinggi sepertinya harus kita terima sebagai suatu kenyataan; yang bisa dilakukan adalah mensiasati kenyataan tersebut dengan respon/strategi yang kreatif, tanpa harus menimbulkan masalah-masalah baru pada masa mendatang.

Gencarnya peningkatan produksi minyak berbahan baku produk pertanian atau nabati (biofuel) dinilai merupakan salah satu respon yang bijaksana. Di samping bersifat renewable , strategi tersebut mempunyai banyak dampak posistif seperti ramah lingkungan, berbahan baku sumberdaya domestik, membuka lapangan kerja baru di pedesaan, sampai dengan argumen ketahanan energi untuk negara. Sejalan dengan kecenderungan ini, tidak salah kalau pemerintah Indonesia secara gencar merencanakan dan melaksanakan berbagai program untuk secara bertahap meningkatkan produksi biofuel dengan bahan baku CPO dan minyak jarak.

Strategi pengembangan biofuel sudah merupakan strategi gobal, bahkan sudah dimulai sejak tahun 1970-an. Pada saat tersebut, harga BBM meningkat tajam sehingga negara importir menganggapnya sebagai suatu krisis BBM. Brazil dan juga Amerika Serikat merupakan contoh negara yang mempelopori pegembangan biofuel untuk merespon krisis tersebut. Namun, ketika harga minyak melemah, program tersebut mengalami stagnasi seperti yang terjadi tahun 1990-an. Ketika sekarang harga minyak melambung, semua negara seperti disadarkan untuk kembali mengembangkan biofuel.

Secara global, ada beberapa bahan baku untuk menghasilkan biofuel. Untuk bioethanol, bahan baku yang sudah lama dikenal bersumber dari tebu dan beet. Untuk biodiesel, bahan baku yang digunakan adalah CPO, minyak kelapa, minyak kedele, dan reep seed . Secara ekonomis, jika harga minyak terus tinggi, biofuel tersebut akan kompetitif. Sebagai contoh, Brazil memproduksi ethanol dengan biaya produksi hanya US$ 0.16/liter atau sekitar US$ 26 per barrel. Amerika serikat dengan bahan baku jagung dapat memproduksi ethanol, walau belum efisien, dengan biaya produksi US$ 59 per barrel barrel. Negara-negara Eropa barat maupun Indonesia dan Malaysia diperkirakan dapat memproduksi biofuel dengan biaya produksi lebih mahal dari Brazil namun dibawah biaya produksi Amerika Serikat. Dengan demikian, jika harga minyak diatas US$ 60 per barrel, hampir semua negara akan kompetitif untuk memproduksi biofuel.

Dari sudut efisiensi energi yang dihasilkan, biofuel termasuk efisien walau ada variasi yang lebar. Biofuel berbahan baku tebu termasuk yang paling efisien dalam menghasilkan energi. Dalam hal ini, untuk satu unit energi yang digunakan, biofuel berbahan baku tebu menghasilkan 8 unit energi. Biofuel berbahan baku beet dan jagung masing-masing menghasilkan 1.9 dan 1.5 unit energi, untuk setiap satu unit energi yang digunakan untuk proses produksi.

Jika dari berbagai faktor tadi sangat mendukung pengembangan industri biofuel, maka produk pertanian akan ada di persimpangan jalan, yaitu mau diproses menjadi makanan ( food ) atau bahan bakar minyak ( fuel ). Kedua produk tersebut sangat strategis bahkan diyakini akan semakin strategis pada dekade-dekade mendatang. Salah satu inti sari dari situasi ini adalah menempatkan kembali sektor pertanian ke posisi yang semakin strategis pada masa mendatang. Sektor pertanian tidak lagi menjadi sektor yang dimarjinalkan, tetapi akan menjadi salah satu sektor yang menentukan nasib suatu bangsa.

Situasi tersebut secara umum akan berdampak positif pada kinerja sektor pertanian. Produk pertanian kini melayani dua permintaan yaitu dari pasar tradisional yaitu industri makanan, pakan, dan sandang dan industri biofuel. CPO bisa dijual ke industri minyak goreng yang berakhir di supermarket atau ke industri biofuel yang berakhir di SPBU. Tebu bisa berakhir di pasar dalam bentuk gula atau berakhir di SPBU dalam bentuk bioethanol.

Bagi sektor pertanian, perluasan pasar tersebut tentu akan berdampak positif. Perluasan pasar tersebut jelas akan memberi tekanan pada kenaikan harga serta stabilitas harga produk pertanian. Situasi ini berpotensi untuk memperbaiki kinerja sektor pertanian termasuk peningkatan pendapatan petani. Dalam jangka pendek, perluasan pasar ini akan mampu mengurangi surplus produksi produk-produk pertanian di pasar internasional.

Di sisi lain, situasi ini berpotensi untuk memperburuk situasi ketahanan pangan, apalagi bagi negara-negara yang net-importir dalam pangan atau negara-negara yang jumlah penduduknya relatif banyak. Kenaikan harga pangan juga berdampak negatif terhadap penduduk miskin yang di dunia jumlahnya lebih dari 2 miliar orang. Indonesia termasuk kelompok negara tersebut, karena jumlah penduduknya relatif besar, jumlah penduduk miskinnya juga termasuk tinggi, dan masih banyak mengimpor bahan pangan yang dapat diolah menjadi biofuel seperti gula, kedele, dan jagung.

Jika situasi tersebut tidak dapat dikelola dengan baik, maka secara global, akan terjadi ”perkelahian” lebih dari 2 miliar penduduk miskin di dunia untuk memperoleh makanan dengan 800 juta mobil dan jutaan mesin/pabrik. Pada dasarnya, ini adalah rebutan antara 2 miliar Si Miskin melawan Si Kaya yang meliki mobil dan pabrik/mesin. Untuk Indonesia, situasi ini bisa menjadi ajang rebutan antara sekitar 30 juta penduduk miskin dengan pemilik mobil dan mesin di Indonesia. Kekhawatiran yang muncul adalah karena yang miliki mobil dan mesin adalah mereka yang lebih kuat, baik dari sisi ekonomi, sosial, dan politik, mereka akan dapat memenangkan perebutan tersebut, dimulai dengan menggunakan cara yang paling halus dan logis, sampai dengan yang yang ”kasar” melalui berbagai rekayasa ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Korbannya jelas Si Misksin yang justru dibuatnya semakin kelaparan, karena akses terhadap pangan akan semakin sulit serta harga pangan yang meningkat.

Dampak negatif lain yang perlu diantisipasi terhadap siatuasi ini adalah percepatan degradasi lahan. Kecenderungan global untuk mempercepat pengembangan industri biofuel jelas akan memberi insentif untuk peningkatan produksi pertanian. Ini berarti, perluasan lahan pertanian tampaknya tidak dapat dihindarkan. Jika tidak upaya-upaya pemerintah untuk mengendalikan perluasan tersebut, penebangan hutan untuk perluasan lahan pertanian akan semakin mengkhawatirkan. Situasi ini tentu akan sangat membahayakan kondisi lingkungan Indonesia yang sudah sangat-sangat kritis. Banjir, longsor, kebakaran hutan, kabut asap, silih berhanti yang menimpa Indonesia, merupaskan indikator kritisnya kondisi lingkungan di Indonesia..

engembangan industri biofuel jelas merupakan suatu peluang bagi Indonesia untuk memperbaiki kinerja sektor pertanian, termasuk nasib petaninya, serta perekonomian Indonesia secara nasional. Namun demikian, jika tidak direncanakan dengan sistematis dan komprehensif dengan wawasan jauh kedepan, peluang tersebut dapat menjadi sumber bencana baru bagi rakyat miskin, ketahan pangan, dan degredasi lingkungan. Mumpung masih dalam posisi baru dimulai, pemerintah seyogyanya segera menyusun blue print yang komprehensif, bukan ”asal blue print ” yang disusun secara terburu-buru, sekedar memenuhi syarat administratif dan sudah dianggap antisipatif. Kalau sudah punya yang memang benar-benar komprehensif, syukurlah, kita tinggal menunggu realisasinya.

Fakta Unik: Anjing, Sahabat Terbaik Manusia

Kalau ada kucing, di situ ada anjing. Tidak adil rasanya kalau saya cuma membahas soal kucing tanpa membahas pula soal seteru abadi kucing ini. Walaupun anjing seringkali dicap sebagai binatang penuh najis dan galak, tapi makhluk ini sesungguhnya sangat manis dan bersahabat. Mereka sangat perasa dan sahabat paling setia manusia. Teman mungkin bisa berkhianat, pacar mungkin bisa selingkuh, tapi anjing tidak pernah berkhianat pada tuannya.

Namun memelihara anjing, terutama anjing ras, memerlukan ketelatenan, kecintaan, dan dompet yang tebal. Bahkan biaya 'operasional'-nya per bulan bisa lebih besar dari biaya hidup tuannya. Ok, mari kita lihat fakta-fakta menarik tentang makhluk lucu nan bersahabat ini:





  1. Anjing (canis lupus familiaris) adalah mamalia karnivora yang telah mengalami domestikasi dari serigala sejak 15.000 tahun yang lalu atau mungkin sudah sejak 100.000 tahun yang lalu berdasarkan bukti genetik berupa penemuan fosil dan tes DNA. Namun tahukah kamu, ternyata anjing yang dianggap memiliki leluhur dari serigala (canis lupus) sampai saat ini masih belum terbukti kebenarannya. Meskipun tes DNA mampu membaca kemungkinan ke arah itu, namun sejarah anjing yang kita kenal sekarang masih merupakan perkiraan hingga ditemukan fakta dan bukti yang kongkrit. Rumitnya proses domestikasi serta banyaknya percabangan dari berbagai silsilah mempersulit proses penemuan bukti tersebut.
  2. Tahukah kamu, ternyata anjing memiliki hampir 220 juta sel penciuman yang sensitif terhadap bau. Luasnya kira-kira selebar sapu tangan, sangat luas bila dibandingkan sel penciuman yang dimiliki manusia. Sebagai pembanding, manusia hanya memiliki 5 juta sel penciuman yang menempati luas selebar perangko. Beberapa jenis anjing ras bahkan sengaja dibiakkan agar lahir anak anjing dengan indera penciuman yang lebih bagus. Menurut hasil penelitian, anjing dapat membedakan dua jenis bau, yaitu partikel bau di udara yang menyebar dari orang atau benda, dan partikel bau di tanah yang masih bisa dideteksi setelah beberapa lama. Karakteristik dua jenis partikel bau kelihatannya cukup berbeda. Partikel bau yang ada di udara mudah hilang, tapi mungkin begitu jelas dan tidak bercampur bau-bauan yang lain, sedangkan partikel bau di tanah relatif lebih permanen. Anjing pelacak harus diajak melakukannya secara berulang-ulang dan berhati-hati, karena bau yang melekat di tanah mudah tercemar dengan bau-bauan yang lain.
  3. Hati-hati dalam memberikan makanan kepada anjing kamu. Ternyata ada beberapa jenis makanan yang tidak boleh diberikan kepada anjing. Inilah daftar makanan tersebut: coklat, bawang bombay (termasuk bawang merah), buah anggur, kismis, beberapa jenis permen karet, serta pemanis buatan. Tulang yang sudah direbus sama sekali tidak boleh diberikan kepada anjing, apalagi tulang ayam. Pemanasan mengubah sifat kimia dan sifat fisik tulang yang berakibat tulang tidak bisa dikunyah anjing dengan betul. Tulang pecah menjadi bagian-bagian yang tajam dan membahayakan pencernaan anjing. Anjing pada umumnya sangat tertarik dengan rasa manis yang ditimbulkan oleh beberapa jenis makanan dan zat tertentu seperti karbol, minyak semprot nyamuk, dan sejenisnya.
  4. Anjing adalah hewan sosial, tapi kepribadian dan tingkah laku anjing bisa berbeda-beda bergantung pada masing-masing ras. Selain itu, kepribadian dan tingkah laku anjing bergantung pada perlakuan yang diterima dari pemilik anjing dan orang-orang yang berkomunikasi dengan sang anjing. Anjing yang menerima kekerasan dari pemilik atau dengan sengaja dibuat kelaparan bisa menjadi anjing cepat marah dan berbahaya. Itu karena, bagaimanapun anjing adalah binatang keturunan serigala, sehingga karakter liarnya masih melekat. Maka harus hati-hati dalam memperlakukannya.
  5. Anjing campuran atau anjing mongrel adalah anjing yang tidak tergolong ke dalam ras tertentu, dan merupakan campuran dari 2 ras atau lebih dalam berbagai persentase. Anjing campuran (anjing kampung), atau anjing tanpa asal-usul ras murni sama sekali tidak lebih bagus atau lebih jelek dibandingkan anjing ras untuk digunakan sebagai sahabat, binatang peliharaan, anjing pekerja, atau bertanding dalam olahraga anjing. Anjing campuran malah kadang-kadang sengaja dibuat, misalnya anjing Cockapoo yang merupakan campuran Cocker Spaniel dengan Pudel mini. Persilangan yang disengaja seperti ini diharapkan menghasilkan anak anjing yang lebih superior sebagai akibat dari heterosis. Selain itu, anak anjing bisa memiliki ciri-ciri lain yang diinginkan, tapi kehilangan satu atau lebih ciri-ciri yang dimiliki orantuanya, seperti temperamen atau warna bulu. Walaupun demikian, persilangan tanpa tes genetika kadang-kadang bisa menurunkan kerusakan genetika yang dimiliki kedua orangtua. Perkawinan silang yang disengaja antara dua atau lebih anjing ras juga bisa menghasilkan anjing ras baru.

Sumber: http://www.wikipedia.org/

Benua Atlantis adalah Indonesia

Dear Friends,


Kalo pernah dengar debat dan misterius hilangnya salah satu benua yang dinamakan Atlantis, pertamakali di cetuskan oleh Plato (427-347 SM), neeh ada saduran dari hasil penelitian Profesor dr Brazil.



Benua Atlantis itu (Ternyata) Indonesia

Oleh Prof. Dr. H. PRIYATNA ABDURRASYID, Ph.D.


MUSIBAH alam beruntun dialami Indonesia. Mulai dari tsunami di Aceh hingga yang mutakhir semburan lumpur panas di Jawa Timur. Hal itu mengingatkan kita pada peristiwa serupa di wilayah yang dikenal sebagai Benua Atlantis. Apakah ada hubungan antara Indonesia dan Atlantis? Plato (427 - 347 SM) menyatakan bahwa puluhan ribu tahun lalu terjadi berbagai letusan gunung berapi secara serentak, menimbulkan gempa, pencairan es, dan banjir. Peristiwa itu mengakibatkan sebagian permukaan bumi tenggelam. Bagian itulah yang disebutnya benua yang hilang atau Atlantis.


Penelitian mutakhir yang dilakukan oleh Aryso Santos, menegaskan bahwa Atlantis itu adalah wilayah yang sekarang disebut Indonesia. Setelah melakukan penelitian selama 30 tahun, ia menghasilkan buku Atlantis, The Lost Continent Finally Found, The Definitifve Localization of Plato’s Lost Civilization (2005). SantosIndonesia. Sistem terasisasi sawah yang khas Indonesia, menurutnya, ialah bentuk yang diadopsi oleh Candi Borobudur, Piramida di Mesir, dan bangunan kuno Aztec di Meksiko. menampilkan 33 perbandingan, seperti luas wilayah, cuaca, kekayaan alam, gunung berapi, dan cara bertani, yang akhirnya menyimpulkan bahwa Atlantis itu adalah


Konteks Indonesia


Bukan kebetulan ketika Indonesia pada tahun 1958, atas gagasan Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja melalui UU no. 4 Perpu tahun 1960, mencetuskan Deklarasi Djoeanda. Isinya menyatakan bahwa Negara Indonesia dengan perairan pedalamannya merupakan kesatuan wilayah nusantara. Fakta itu kemudian diakui oleh Konvensi Hukum Laut Internasional 1982. Merujuk penelitian Santos, pada masa puluhan ribu tahun yang lalu wilayah negara Indonesia merupakan suatu benua yang menyatu. Tidak terpecah-pecah dalam puluhan ribu pulau seperti halnya sekarang. Santos menetapkan bahwa pada masa lalu itu Atlantis merupakan benua yang membentang dari bagian selatan India, Sri Lanka, Sumatra, Jawa, Kalimantan, terus ke arah timur dengan Indonesia (yang sekarang) sebagai pusatnya. Di wilayah itu terdapat puluhan gunung berapi yang aktif dan dikelilingi oleh samudera yang menyatu bernama Orientale, terdiri dari Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.


Teori Plato menerangkan bahwa Atlantis merupakan benua yang hilang akibat letusan gunung berapi yang secara bersamaan meletus. Pada masa itu sebagian besar bagian dunia masih diliput oleh lapisan-lapisan es (era Pleistocene) . Dengan meletusnya berpuluh-puluh gunung berapi secara bersamaan yang sebagian besar terletak di wilayah Indonesia (dulu) itu, maka tenggelamlah sebagian benua dan diliput oleh air asal dari es yang mencair. Di antaranya letusan gunung Meru di India Selatan dan gunung Semeru/Sumeru/ Mahameru di Jawa Timur. Lalu letusan gunung berapi di Sumatera yang membentuk Danau Toba dengan pulau Somasir, yang merupakan puncak gunung yang meletus pada saat itu. Letusan yang paling dahsyat di kemudian hari adalah gunung Krakatau (Krakatoa) yang memecah bagian Sumatera dan Jawa dan lain-lainnya serta membentuk selat dataran Sunda.


Atlantis berasal dari bahasa Sanskrit Atala, yang berarti surga atau menara peninjauan (watch tower), Atalaia (Potugis), Atalaya (Spanyol). Plato menegaskan bahwa wilayah Atlantis pada saat itu merupakan pusat dari peradaban dunia dalam bentuk budaya, kekayaan alam, ilmu/teknologi, dan lain-lainnya. Plato menetapkan bahwa letak Atlantis itu di Samudera Atlantik sekarang. Pada masanya, ia bersikukuh bahwa bumi ini datar dan dikelilingi oleh satu samudera (ocean) secara menyeluruh. Ocean berasal dari kata Sanskrit ashayana yang berarti mengelilingi secara menyeluruh. Pendapat itu kemudian ditentang oleh ahli-ahli di kemudian hari seperti Copernicus, Galilei-Galileo, Einstein, dan Stephen Hawking.


Santos berbeda dengan Plato mengenai lokasi Atlantis. Ilmuwan Brazil itu berargumentasi, bahwa pada saat terjadinya letusan berbagai gunung berapi itu, menyebabkan lapisan es mencair dan mengalir ke samudera sehingga luasnya bertambah. Air dan lumpur berasal dari abu gunung berapi tersebut membebani samudera dan dasarnya, mengakibatkan tekanan luar biasa kepada kulit bumi di dasar samudera, terutama pada pantai benua. Tekanan ini mengakibatkan gempa. Gempa ini diperkuat lagi oleh gunung-gunung yang meletus kemudian secara beruntun dan menimbulkan gelombang tsunami yang dahsyat. Santos menamakannya Heinrich Events.


Dalam usaha mengemukakan pendapat mendasarkan kepada sejarah dunia, tampak Plato telah melakukan dua kekhilafan, pertama mengenai bentuk/posisi bumi yang katanya datar. Kedua, mengenai letak benua Atlantis yang katanya berada di Samudera Atlantik yang ditentang oleh Santos. Penelitian militer Amerika Serikat di wilayah Atlantik terbukti tidak berhasil menemukan bekas-bekas benua yang hilang itu. Oleh karena itu tidaklah semena-mena ada peribahasa yang berkata, “Amicus Plato, sed magis amica veritas.” Artinya,”Saya senang kepada Plato tetapi saya lebih senang kepada kebenaran.” Namun, ada beberapa keadaan masa kini yang antara Plato dan Santos sependapat. Yakni pertama, bahwa lokasi benua yang tenggelam itu adalah Atlantis dan oleh Santos dipastikan sebagai wilayah Republik Indonesia. Kedua, jumlah atau panjangnya mata rantai gunung berapi di Indonesia. Di antaranya ialah Kerinci, Talang, Krakatoa, Malabar, Galunggung, Pangrango, Merapi, Merbabu, Semeru, Bromo, Agung, Rinjani. Sebagian dari gunung itu telah atau sedang aktif kembali. Ketiga, soal semburan lumpur akibat letusan gunung berapi yang abunya tercampur air laut menjadi lumpur. Endapan lumpur di laut ini kemudian meresap ke dalam tanah di daratan. Lumpur panas ini tercampur dengan gas-gas alam yang merupakan impossible barrier of mud (hambatan lumpur yang tidak bisa dilalui), atau in navigable (tidak dapat dilalui), tidak bisa ditembus atau dimasuki. Dalam kasus di Sidoarjo, pernah dilakukan remote sensing, penginderaan jauh, yang menunjukkan adanya sistim kanalisasi di wilayah tersebut. Ada kemungkinan kanalisasi itu bekas penyaluran semburan lumpur panas dari masa yang lampau. Bahwa Indonesia adalah wilayah yang dianggap sebagai ahli waris Atlantis, tentu harus membuat kita bersyukur. Membuat kita tidak rendah diri di dalam pergaulan internasional, sebab Atlantis pada masanya ialah pusat peradaban dunia. Namun sebagai wilayah yang rawan bencana, sebagaimana telah dialami oleh Atlantis itu, sudah saatnya kita belajar dari sejarah dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan mutakhir untuk dapat mengatasinya. ***

http://www.atlan.org/articles/egyptian_temple1/

http://www.atlan.org/articles/old_world.html

Penulis, Direktur Kehormatan International Institute of Space Law

(IISL), Paris-Prancis

Refleksi Hari Bumi

Tiga puluh tahun yang lalu pada 22 April 1970, hari Bumi untuk pertama kalinya diselenggarakan di Amerika Serikat, atas prakarsa seorang senator, Gaylord Nelson. Embrio gagasan Hari Bumi dimulai sejak ia menyampaikan pidatonya di Seattle tahun 1969, tentang desakan untuk memasukkan isu-isu kontroversial, dalam hal ini lingkungan hidup, dalam kurikulum resmi perguruan tinggi mengikuti model teach in mengenai masalah anti perang. Gagasan Nelson mendapat dukungan yang mencengangkan dari masyarakat sipil.





Dukungan ini terus membesar dan memuncak dengan menggelar peringatan HARI BUMI yang monumental. Majalah TIME memperkirakan bahwa sekitar 20 juta orang turun ke jalan pada 22 April 1970. Nelson menyebutkan fenomena ini sebagai 'ledakan akar rumput yang sangat mencengangkan' dimana : " Masyarakat umum sungguh peduli dan Hari Bumi menjadi kesempatan pertama sehingga mereka benar-benar dapat berpartisipasi dalam suatu demonstrasi yang meluas secara nasional, dan dengan itu menyempaikan pesan yang serius dan mantap kepada para politisi untuk bangkit dan berbuat sesuatu ".


Menurut berbagai analisis ledakan ini muncul karena bergabungnya generasi pemrotes tahun 60-an (bagian terbesar adalah pelajar, mahasiswa, sarjana) yang terkenal sebagai motor gerakan anti-perang, pembela hak-hak sipil yang radikal. Sebuah perkawinan antara pemberontakan 60-an dan kesadaran lingkungan tahun 60-an. Hari Bumi yang pertama ini di Amerika Serikat merupakan klimaks perjuangan gerakan lingkungan hidup tahun 60-an untuk mendesak masuk isu lingkungan sebagai agenda tetap nasional.


Kini peringatan Hari Bumi telah menjadi sebuah peristiwa global. Para pelaksana peringatan HARI BUMI menyatukan diri dalam jaringan global masyarakat sipil untuk Hari Bumi yakni EARTH DAY NETWORK yang berpusat di Seattle. Bila Hari Bumi '70 pertama paling tidak melibatkan 20 juta manusia di AS, Hari Bumi 1990 melibatkan 200 juta manusia di seluruh dunia, maka pada Hari Bumi 2000 diperkirakan terlibat 500 juta manusia di seluruh dunia dengan jargon "making history - making change".

Selamat Datang di Blog Clubber

Selamat datang ke Blog Clubber kita. Untuk teman cewek Clubber darimana pun silahkan kumpul disini. Tapi kita nggak cuman ngobrolin clubbing lho. Tetapi ngobrolin kepedualian kita juga terhadap isu-isu yang lain. Tapi tetap dengan bahasa kita. Terserah mo ambil darimana ok? kamu bisa juga kirim tulisan kamu (copy paste boleh kok) sama foto kamu ke cewek_dugem@plasa.com, boleh sexy tetapi jangan sekali-sekali Nak** karena nggak bakalan aku upload. Oke.

Untuk cowok-cowok lihat-lihat aja ya, jangan ikutan nimbrung, atau kalian buat blog sendiri aja :-)




Mengenai Budaya Clubbing dan Rave Indonesia

Ini adalah ringkasan pendapat masyarakat dan pandangan mereka mengenai budaya clubbing, dance, dan rave di Indonesia –khususnya di Jakarta. Ini adalah ringkasan pendapat masyarakat dan pandangan mereka mengenai budaya clubbing, dance, dan rave di Indonesia –khususnya di Jakarta Wacana berikut adalah saduran bahasa Indonesia dari artikel bertajuk “Indonesia’s Dance Culture: The Society’s Scapegoat“. Artikel diterjemahkan secara sukarela oleh Michael Halim. Penulis banyak mengucapkan terimakasih untuk semua pihak yang telah menyumbangkan opini, referensi, dan juga untuk Michael Halim sebagai penerjemah. Semoga bermanfaat!

Pertama, budaya ini dilihat sebagai ciptaan masyarakat, sebuah pengakuan bahwa masyarakat mempunyai kemapanan secara finansial untuk kebutuhan sekunder dan subordinat. Dengan tingginya statistik untuk konsumen berada di level “non-tax paying”, sebagian besar pemasar komersil dan perencana retail menggunakan ini sebagai potensi pasar yang besar; pengiklan juga menggunakan ilustrasi yang diasosiasikan dengan kuat ke budaya ini. Harap diingat ketika dikatakan konsumen berada di level “non-tax paying”, itu adalah istilah ekonomi belaka untuk: mereka adalah remaja, sebagian besar dari mereka.


Pandangan kedua menganggap bahwa kultur malam adalah alat peer-pressure dimana mereka mempelajari suatu susunan nilai yang baru, bukan pada apa yang benar atau salah, tetapi lebih kemampuan mereka mengikuti perkembangan jaman. Dalam kalimat saya sendiri, ini adalah saat dimana mereka berkembang dan menjalani kehidupan yang sesuangguhnya. Pilihan mereka sendiri terpapar di depan mereka: apakah mereka mau mengkonsumsi ekstasi, minum alkohol sampai “tepar”, menemukan cinta, atau hanya mendengarkan musik, atau mungkin menghabiskan uang mereka. Pilihan itu ada di tangan mereka sendiri, dan apapun yang mereka pilih, apapun konsekuensi yang mereka ambil, itu akan membentuk karakter mereka. Saya sendiri setuju dengan anggapan ini karena hidup dipelajari terbaik dengan menjalankannya, dan juga dengan membuat kesalahan.


Yang terakhir adalah persepsi yang akan saya angkat dalam wacana ini, budaya ini juga telah menjadi “kambing hitam” dalam masyarakat. Kultur dunia malam Indonesia adalah sasaran yang mudah untuk diselubungkan dengan citra negatif. Pengikutnya seringkali dianggap sebagai segerombolan anak muda yang hedonis dan penganut sekularisme dan yang perempuan hanyalah “lollipop barbie”. Sinetron menggunakan mereka sebagai target untuk diantagoniskan, menggambarkan kultur ini dimana orang-orang jahat berkumpul dan dimana kejadian buruk terjadi. Pendek kata, glamor itu salah, kesenangan adalah dosa. Banyak pengamat perilaku konsumen berteori bahwa ini adalah perlawanan masyarakat terhadap “the invisible hand”: kekuatan yang memegang pasar.

Kita bisa melihat adanya sebuah kontradiksi: di satu sisi mereka dieksploitasi oleh industri sebagai orang yang ‘cool’, sukses, gambaran konsumen masa kini; di sisi lain, dicap oleh masyarakat sebagai hedonis, penganut seks bebas, dan orang yang suka menghambur-hamburkan uang. Yang ironis dari anggapan ini adalah terasa hambarnya pengakuan bahwa kultur dance di Indonesia adalah indikasi kuat dari apresiasi musikal itu sendiri, dan kompetensi profesional yang bergerak di bidang ini juga seringkali diabaikan.


Tidak banyak orang -bahkan clubber sendiri-menyadari sistem yang ada dalam pekerjaan semacam ini; sama seperti sistem yang ada dalam dunia industri, kultur ini juga memiliki berbagai variasi pekerjaan, etika dan politiknya. Dalam sudut pandang intelektual, kultur ini diharapkan mempunyai kesadaran tinggi terhadap teknologi, yakni memahami teknologi untuk setiap kebutuhan (proses mixing, visualisasi, teknik pencahayaan, dan lain-lain) dan kebutuhan lainnya yang juga disesuaikan dengan standar internasional. Tidak lupa kemampuan untuk mendatangkan keuntungan secara finansial dari segala aspek. Ada juga pihak yang berhasil menciptakan kerjasama global, seperti membawa kompetisi internasional ke tingkat lokal, membuat rekaman dengan label internasional (contoh: Romy, Altuna, Innerlight), belum lagi banyaknya DJ asal Indonesia yang tampil di negara lain, seperti Singapura, Malaysia, Afrika Selatan, dan China.


Walaupun kultur ini berslogan “Support Your Local DJ” bahkan pada level global, usaha dari penikmat dance Indonesia untuk mempromosikan sisi positif kultur ini seringkali diabaikan, bahkan lebih buruk lagi, diremehkan. Ironisnya, hal ini juga datang dari clubber sendiri. Kultur ini mempunyai ekspektasi yang tinggi terhadap kuantitas, dan pelakunya menyadari betul bahwa berbicara tentang idealisme musik tidak akan membuat orang memesan dua gelas Long Island atau sebotol Chivas. Mereka tahu konsekuensi mereka di bisnis ini, dan mereka harus menghitung angka sedemikian rupa. Mengetahui bahwa kuantitas akan mendatangkan keuntungan lebih dan lebih, mereka terkurung dengan image negatif. Jadi apa yang dapat mereka lakukan?


Stigma antagonistik ini tentu saja terjadi karena sebuah alasan, dan pengikut kultur ini cukup realistis tentang situasi ini. Mereka bahkan mengakuinya ke depan publik: Ya, kami memiliki isu seks bebas dan penggunaan narkoba. Namun di sisi lain, hal ini pun menjadi sesuatu yang biasa dan diterima sebagai justifikasi sosial, bahkan suatu kebutuhan sosial. Namun sepertinya pengikut kultur ini tidak dilibatkan atau diperbolehkan untuk memusingkan isu seperti di atas, satu-satunya yang mereka “berhak” pusingkan adalah razia oleh aparat.


Ini adalah sebuah gambaran yang lebih besar, saya bertanya ke seorang DJ ternama apakah mungkin jika DJ lokal bekerjasama dalam mempromosikan dance culture yang lebih positif dan lebih ‘bersih’. Dia berkata bahwa dia sendiri ingin melakukan hal itu, tetapi masalahnya adalah dia dan DJ lain tidak ingin terdengar munafik untuk sesuatu yang bukan menjadi masalah mereka, dan mereka juga tidak ingin kehilangan audiens mereka hanya karena resiko itu. Selanjutnya, saya menganalisa pendapat-pendapat lain dan akhirnya menyimpulkan: perhatian para DJ ini adalah musik mereka (dan penikmatnya), bukan pada moral dalam masyarakat. Sayangnya, apa yang dianggap moral dalam masyarakat telah memposisikan mereka dengan penilaian satu sisi yang negatif.


Cukup masuk akal. Jika saya adalah pelaku bidang ini, saya pun akan berpendapat hal yang sama. Tidak dapat dihindari, komunitas kultur ini semakin apatis dan acuh menghadapi keberadaan mereka di komunitas yang lebih besar, yakni masyarakat umum. Mekanisme defensif yang berulang-ulang mulai terdengar seperti kaset rusak. Untuk alasan ini pun mereka menjadi lemah dalam menangani citra mereka sendiri di muka publik. Jika ada suatu usaha yang harus dilakukan, bukanlah dengan memancing reaksi negatif dan prasangka buruk terhadap situasi ini. Suka atau tidak, sekian ribu clubber muda tersebut menghadapi sindikat kejahatan secara langsung yang mereka tidak dapat kontrol atau musnahkan –dan untuk menghilangkan pengaruhnya berarti melakukan perubahan total pada aspek psikologis, sistem ekonomi dan pendidikan di negara ini. Suatu hal yang sangat sulit. Pemecahan terbaik adalah dengan memperlihatkan pada masyarakat mengenai hadirnya para pekerja keras, kreatif, dan profesional muda yang konsisten di balik scene ini: dimana orang-orang ini dapat menginformasikan dan menginspirasikan kepada suatu generasi bahwa hidup adalah tentang mengambil kesempatan, berusaha secara nyata, bekerja keras, dan membuat pilihan yang tepat.


Fakta ini tidak dapat diabaikan begitu saja.

Let the society decide, but let the culture educate.






Jgn Klik! Jk Tidak Suka Investasi!!!

Tidak Usah Cari Duit, Sekarang Bikin Saja

Yang Kepengen Dapat Uang Gratisan Dari Internet

Soccer Wife & Girlfriend (WAG's)

Interacial Relationship

Mas Joko Hujan Duit

Sex Polygamy and Culture

Hot Kiss Sample

Trik Aliri Rekeningmu Dengan Rupiah Setiap Hari Semaumu

Sexy Racing Girls